Archive for October 2016
Bunda Maria
By : UnknownBUNDA MARIA BAGI ORANG KATOLIK
Maria Bunda YesusBunda Maria, karena peranannya begitu besar dalam sejarah keselamatan, maka ia juga menjadi bunda pengantara kita. Melalui dan dalam Maria kita memperoleh keselamatan dari Allah dalam diri Yesus Kristus Putera Allah, yang menjadi manusia dan dilahirkan dari Perawan Maria.Peranannya dalam sejarah keselamatan begitu penting, oleh karena keterpilihannya menjadi seorang Co-Redemtriks (Rekan Penebusan). Ia dirahmati secara khusus oleh Allah di dalam panggilannya menjadi Bunda Allah (bdk. Luk.. 1:28).
Allah memilih Bunda Maria untuk menjadi ibu Tuhan (Theotokos); karenanya, ia dipersiapkan secara khusus, sehingga sejak dari dalam kandungan ia tidak berbuat dosa. Ia tetap perawan (Dogma 1854). Oleh rahmat dan perlindungan Allah, ia terlindung dari segala noda dosa, ia hidup tanpa cela. Keterpilihannya menjadi Ibu Tuhan membuka kembali pintu surga yang telah ditutup karena dosa Hawa.Ia adalah Hawa baru, ibu dari semua yang hidup, sebagaimana Kristus adalah Adam baru. Kepasrahannya yang total kepada rencana dan kehendak Allah menjadikan dia sangat berkenan di hadapan Allah. Ia adalah makhluk yang paling sempurna dari semua ciptaan. Bunda Maria adalah model iman yang harus diteladani, iman penuh penyerahan, “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.” (Luk. 1:38) Maria adalah contoh dan teladan Geraja yang ulung (LG.53).
Magnificatnya (Luk. 1:46-55), mengungkapkan suatu pujian yang sangat indah kepada Allah, karena Allah menggenapi Firman-Nya, yang disampaikan-Nya melalui para nabi, tentang kedatangan Putera Allah yang menyelamatkan dunia. Keselamatan yang dinanti-nantikan itu, kini terlaksana dalam dan melalui Maria.Terlebih lagi Allah memilih orang yang kecil dan sederhana seperti dia (Maria) untuk menjadi ibu Tuhan.Jiwa Maria sungguh sederhana, tetapi justru dalam kesederhanaannya Allah memilih dia. Ia adalah ibu Tuhan yang berbahagia dan bersahaja. (bdk Luk.1:48)
Mengapa Orang Katolik Menghormati Maria?
Ada pemahaman yang keliru mengenai ibadat atau devosi yang dilakukan orang katolik terhadap Bunda Maria.Ada pihak-pihak tertentu yang menuduh orang katolik menyembah Bunda Maria.Tentu saja tuduhan seperti itu tidak benar, karena Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan tentang penyembahan kepada Maria. Orang Katolik sama sekali tidak menyembahMaria tetapi menghormatinya !!!Bagaimanapun tingginya derajat Maria, ia tetaplah ciptaan sama seperti kita, dan suatu ciptaan tidak dapat disembah. Tuhan sajalah yang patut kita sembah. (bdk. Mrk 4:10) Gereja Katolik hanya mengajarkan penghormatan kepada Maria yang merupakan contoh ciptaan Allah yang sempurna, yang patut diteladani kaum beriman, karena peranannya dalam sejarah keselamatan.Jika orang katolik melakukan penyembahan terhadap Maria, itu adalah suatu penyimpangan ajaran Gereja dan merupakan dosa.
Dasar penghormatan Gereja Katolik terhadap Bunda Maria sangat Alkitabiah. Hal itu dijumpai ketika Malaikat Gabriel yang diutus Allah, yang merupakan juru bicara Allah datang kepada Maria, dan menyampaikan kabar, bahwa ia (Maria) akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika Malaikat Gabriel bertemu dengan Maria, ia menyapa Maria dengan suatu sapaan yang begitu hormat: “Salam hai Engkau yang dikaruniai.”(Luk. 1:28) Sapaan ini adalah suatu tanda penghormatan yang istimewa dari Allah terhadap Bunda Maria.Meskipun perkataan itu keluar dari mulut Malaikat Gabriel, tetapi sesungguhnya sapaan ini adalah sapaan Allah sendiri, yang diucapkan-Nya melalui utusan-Nya.Sapaan tersebut menunjukan bahwa Allah begitu menghormati ciptaan-Nya ini.
Kalau dibandingkan dengan tokoh-tokoh Perjanjian Lama atau tokoh-tokoh lain dalam Kitab Suci, tampak adanya perbedaan antara sapaan Allah kepada Maria dan kepada mereka. Misalnya, ketika Malaikat Tuhan berbicara kepada Musa dari dalam semak api yang menyala (Kel. 3:4-5), ketika Allah berbicara kepada Musa diatas Gunung Sinai (Kel. 24:12-18), Malaikat Allah menampakan diri kepada Manoah tentang kelahiran Simson (Hak. 13:1-25), dan sebagainya. Dalam perjanjian Baru, kita jumpai Malaikat Allah berbicara kepada Zakaria di Bait Allah tentang kelahiran Yohanes Pembaptis (Luk. 1:5-24), bahkan Zakaria ketakutan ketika mendengar sapaan malaikat kepadanya. Dari sini tampaklah perbedaan antara sapaan Allah kepada tokoh-tokoh dalam Kitab suci dan kepada Maria, yaitu Allah berbicara dengan penuh hormat kepada Maria, lebih daripada yang lain.
Maria n ElisabetDemikian juga sapaan Elisabet terhadap Maria, ketika Maria mengunjungi Elisabet
saudaranya di pegunungan Yudea (Luk. 1:39–45). Elisabet menyapa Maria: “Diberkati engkau di antara semua perempuan dan diberkati buah rahimmu.” Sebelum Elisabet mengucapkan perkataan itu, ia dipenuhi dengan Roh Kudus. Ini berarti kata-kata itu keluar dari Allah sendiri, yang menggunakan mulut Elisabet untuk mengucapkannya.Jadi bukanlah Elisabet yang menyapa Maria melainkan Roh Kudus, Allah sendiri.
Jadi jelaslah bagi kita, bahwa Allah sangat menghormati Maria melalui sapaan-sapaan-Nya yang begitu istimewa. Ia disapa melebihi ciptaan lain bahkan nabi besar Perjanjian Lama sekalipun, yaitu Nabi Musa. Kalau Allah Sang Pencipta melalui sapaannya, begitu menghormati dan menjunjung tinggi Maria melebihi ciptaan lain, mengapa kita sebagai ciptaan-Nya yang berdosa tidak menghormati Maria? Apa yang terjadi jika kita menolak atau tidak menghormati Maria? Kalau kita menghina Maria, berarti kita menghina Allah, yang begitu menghormati dia. Karenanya, penghormatan kepada Maria bukanlah suatu penyimpangan ajaran Kristiani, asalkan penghormatan itu tidak melampaui batas-batas yang harus kita berikan kepada Allah Tritunggal sebagai Pencipta. Karena bagaimana pun tingginya derajat Maria, ia tetaplah ciptaan yang berada jauh di bawah Allah.
Maria Ciptaan Sempurna
Di antara semua ciptaan Allah, Maria adalah ciptaan yang paling sempuna. Ia dilindungi secara khusus oleh Allah, sehingga ia tanpa noda sedikit pun sejak dari dalam kandungan. Ia tetap Perawan (Dogma 1854). Kesucian Maria jauh melebihi para rasul dan para kudus dalam Gereja dan ciptaan lain. Tentang kesucian dan kesempunaan Maria konsili Vatikan II mengatakan : “Berkat rahmat Allah, Maria sesudah Putera lebih dimuliakan dari semua malaikat dan manusia sebagai Bunda Allah yang mahasuci” (LG. 66). Walaupun Kitab Suci tidak menemukan teks bahwa Maria pergi mewartakan Injil, namun ia lebih suci dari Rasul Petrus atau Rasul Agung Santo Paulus. Namun, perlu diingat bagaimana pun sucinya Maria, ia tidak dapat dibandingkan dengan Yesus sebagai Tuhan. Justru kesucian dan kesempunaan Maria diperolehnya melalui Yesus.Akan tetapi tanpa kesucian atau lebih tepat, tanpa Allah mempersiapkan Maria secara khusus, bagaimana mungkin Yesus Putera Allah dapat lahir dari seorang pendosa? Maria dirahmati secara khusus oleh Allah, sehingga ia layak menjadi Ibu Tuhah.
Maria adalah orang yang sederhana, seorang gadis desa dari Nazareth.Ia seorang yang bersahaja sebagaimana gadis Nazareth pada umumnya. Orang tidak pernah mengetahui, bahwa ia dipilih Allah untuk mengandung dan melahirkan Putera Allah. Orang hanya mengetahui, bahwa ia adalah seorang yang saleh. Hidupnya sangat tersembunyi. Namun dalam kesederhanaannya, ia hidup tanpa noda dosa, sejak dari dalam kandungan ibunya. Ia sungguh hidup sempurna, karena Allah sendiri yang menjaga dia. Kesempurnaan Maria juga terletak dalam penyerahannya yang total terhadap kehendak Allah. “Terjadilah padaku menurut perkataanmu,” merupakan suatu jawaban yang menunjukan kesempurnaan Maria dalam menerima dan mau melakukan kehendak Allah. Ketaatannya yang sempurna terhadap kehendak Allah membuat dia sebagai Master piece dari semua ciptaan Allah. Ketaatannya dalam iman membuat ia sempurna dalam menanggapi panggilannya sebagai ibu Tuhan.
Maria senantiasa memjawab “Ya” terhadap kehendak Allah dan berani mengambil risiko, walaupun ia sendiri tidak mengerti apa yang dikehendaki Allah. Kita bisa membayangkan bagaimana perasaan Maria ketika Malaikat Gabriel datang dan memberi kabar bahwa ia mengandung dari Roh Kudus, sementara ia tidak bersuami. Bukankah oleh masyarakat Yahudi, ia dianggap pendosa besar dan harus dirajam dengan batu? Akan tetapi, dengan penuh iman ia hanya menyerah kepada kehendak Allah. Banyak peristiwa dalam Kitab Suci yang melukiskan penderitaan yang ditanggung Maria akibat keterpilihannya sebagai ibu Tuhan. Misalnya: peristiwa kelahiran Yesus dan pengejaran Raja Herodes hingga mengungsi ke Mesir, kesedihan Maria ketika Yesus pada umur 12 tahun tidak ada bersama mereka dalam perjalanan pulang ke Nazareth dari Yerusalem, karena ternyata Yesus masih berada di Bait Allah Yerusalem. Ketika bertemu Puteranya dalam penderitaan memanggul salib menuju Kalvari, hati Maria tertusuk ketika melihat anak satu-satunya yang sangat dikasihinya bergantung tak berdaya di Kayu Salib; inilah perderitaan Maria yang terbesar. Maka genaplah apa yang dikatakan Simeon kepadanya tetang anak yang dilahirkannya, bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya sendiri. (bdk. Luk. 2:35) Di sinilah keagungan dan kesempurnaan Maria yaitu mengutamakan kehendak Allah, walupun harus menempuh jalan penderitaan.
Bunda Allah dan Bunda Gereja
Maria DiangkatkesurgaKeterpilihan Maria oleh Allah, untuk melahirkan Yesus sebagai Anak Allah menjadikan Maria sebagai Bunda Allah,Theotokos atau Maria Mater Dei, (Konsili Efesus 431). Gelar Maria sebagai Bunda Allah atau Theotokos didasarkan pada pribadi Yesus sebagai Anak Allah.Yesus lahir dari Maria bukan hanya sebagai manusia saja, tetapi sekaligus Allah.Yesus lahir seratus persen manusia dan seratus persen Allah.Pribadi Yesus sebagai Allah dan Manusia, yang lahir dari Maria tidak dapat di pisahkan.Sebagai manusia Yesus berumur 33 Tahun, sejak kelahirannya dari Maria sampai wafat-Nya di kayu salib. Namun, sebagai Allah, Yesus adalah Sang Sabda yang berasal dari Allah yang sudah ada sebelum ciptaan jagat raya, sampai kekal. Pristiwa inkarnasi merupakan peristiwa penjelmaan Sang Sabda menjadi manusia dalam pribadi yang bernama Yesus yang dilahirkan oleh Maria.Yesus sendiri mengakui, dalam Luk. 8:19-21, ketika Ia sedang mengajar dan orang mengatakan kepada-Nya, bahwa ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya ingin bertemu dengan Dia. Ia menjawab, Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengar firman Allah dan melakukannya. Orang menafsirkan ayat ini, bahwa Yesus meremehkan Maria.Namun, justru sebaliknya, secara tidak langsung Yesus mau mengatakan bahwa Maria adalah ibu-Nya, karena Maria telah mendengarkan firman Allah dan melakukannya secara sempurna. Jadi tidaklah salah Gereja memberi gelar kepada Maria sebagai Bunda Allah, karena ia telah melahirkan Yesus yang adalah Allah dan manusia.
Sejak Maria diakui sebagai Bunda Allah, maka penghormatan dan devosi kepadanya sangat berkembang.Ia sangat dihormati sebagai teladan dan ibu umat beriman. Maria adalah Bunda Gereja (Mater Ecclesia ). Peristiwa di bawah kaki salib Putera-Nya (Yoh 19:25-27), melambangkan persatuan Maria dengan Kristus, sebagai kepala Gereja.Pada saat itulah Kristus menyerahkan Maria kepada Gereja. ”…Ibu inilah anakmu, lalu Ia berkata kepada murid-muridnya, inilah ibumu.” Maka sejak saat itulah Maria menjadi milik Gereja sebagai ibu, dan Kristus mempercayakan umatnya kedalam tangan Bunda-Nya. Karena itu kita sebagai orang kristen dan murid Kristus harus menerima Maria sebagai ibu, karena ia telah diserahkan Kristus kepada kita.
Sejak penyerahan Maria kepada Gereja oleh Kristus di bawah salib-Nya, Maria mempersatukan dirinya dengan Kristus sebagai Kepala Gereja.Ia menjadi orang yang paling dekat dengan Kristus.Ia menjadi Pengantin Kristus (Sponsa Kristi), mempelai Gereja. Karena peranannya sebagai mempelai Ilahi, ia berada di antara Kristus dan Gereja. Ia bersatu dengan Kristus sekaligus bersatu dengan Gereja. Karena kedekatannya dengan Kristus dan Gereja, maka banyak devosi dan doa yang dipanjatkan kepada Allah melalui Bunda Maria terkabul, karena ia sangat berkenan di hadapan Allah.
Karena peranannya sebagai ibu Gereja (Mater Ecclesia) dan karena kedekatannya dengan Allah, Maria sering dijadikan Allah sebagai jurubicara-Nya, untuk tugas-tugas tertentu dalam Gereja, melalui penampakannya kepada Gereja. Kalau Bunda Maria menampakan diri, berarti Allah sendiri yang berbicara kepada manusia melalui Bunda Maria, karena ia begitu dekat dengan Gereja. Tentu saja kalau penampakan itu otentik, seperti Lourdes, Fatima, Medugorje, dan lain-lain, yang telah diakui oleh Gereja.Penampakan yang otentik selalu membawa buah-buah yang positif bagi Gereja dan tidak dapat dihalangi oleh manusia. Buah-buah itu antara lain berupa pertobatan, kesembuhan, sukacita, dan kegembiraan bagi umat Allah.
Devosi Kepada Bunda Maria
penampakan FatimaSejak Maria diangkat dan diberi gelar oleh Gereja sebagai Bunda Allah, maka devosi kepadanya sangat berkembang. Banyak umat Allah yang memohon doa kepada Bunda Maria. Seperti doa Rosario, Novena tiga kali Salam Maria dan Ibadat hari Sabtu dalam Gereja dipersembahkan secara khusus untuk menghormati Bunda Maria serta ibadat-ibadat lain untuk mengenang jasa Maria bagi Gereja. Karena Bunda Maria telah diberikan Allah kepada Gereja dan diberi tempat yang istimewa, maka tugas Maria dalam Gereja adalah mendoakan dan melindungi Gereja yang masih dalam perziarahan menuju Bapa.
Paus Paulus VI, menulis suatu edaran, “Marialis cultus” (Kebaktian kepada Maria), ia menulis: “Berdasarkan pengalaman Gereja Katolik dapat mengatakan, bahwa kebaktian yang kuat kepada Maria membantu manusia untuk menempuh jalan menuju kepada kesempurnaan hidup......Manusia dewasa ini sering diombang-ambing rasa cemas dan harapan; ia dapat menjadi putus asa jika ingat akan keterbatasannya, tetapi ia juga didorong oleh hasrat tak terhingga; jiwanya gelisah, hatinya tidak tenteram, rohnya dihantui oleh rahasia maut; ia menderita, karena merasa sepi dan sendirian, padahal ia begitu rindu untuk berkawan dan bersekutu; ia merasa lesu dan jemu akan hidup. …. Apabila ia memandang Maria sebagaimana Maria hidup didunia ini dan sebagaimana ia sekarang menikmati kesempurnaan di kota Allah, matanya akan menjadi jernih dan ia akan mendengar kata-kata yang memberi semangat kepadanya: Harapan lebih kuat dari kecemasan, persekutuan mengatasi rasa kesepian, damai menang atas kegelisahan, keindahan dan kegembiraan mengalahkan rasa lesu dan jemu akan hidup, keabadian lebih kuat daripada waktu, hidup lebih kuat daripada maut.” Maria adalah penerangan dalam kegelapan hati kita.Kelembutan dan keibuannya selalu terpancar untuk anak-anaknya yang dalam kesusahan hidup di dunia dewasa ini.Pandangannya yang penuh kasih dan mesra memberikan semangat baru dalam hati anak-anaknya.
Jika Gereja Katolik berdevosi kepada Maria, tidak berarti Maria menjadi perantara kepada Bapa atau mengambil alih peran Yesus.Yesus tetap menjadi perantara satu-satunya kepada Bapa. Gereja Katolik berdevosi kepada Maria, karena ia adalah ciptaan Allah yang sempurna dan sangat dekat dengan Allah dan kepada kita anak-anaknya. Ia adalah rekan perantara (Co-Mediatriks) Allah kepada manusia, dalam Yesus Kristus.Kita memperoleh berkat dari Allah melalui Maria dalam Yesus Kristus.Ia hidup dan menjadi Bunda Gereja.Ia adalah penolong kita (Avokata Nostra) dalam bahaya.Tidaklah salah Gereja Katolik bedevosi kepada Bunda Maria. Banyak kita mendengar kesaksian, bagaimana doa yang dipanjatkan dengan perantaraan Bunda Maria terkabul. Ini berarti doa Bunda Maria sangat berkenan kepada Allah.
Kalau orang katolik membuat patung Bunda Maria dan menyimpannya serta berdoa di depan patung tersebut, tidak berarti mereka menyembah berhala. Tujuan doa itu bukanlah kepada patung tersebut. Patung dibuat, supaya lebih mudah mengingat akan tokoh atau pribadi yang dilukiskan itu. Patung yang dibuat itu dapat dibandingkan dengan selembar foto sorang anak, yang sangat dikasihi ibunya, dan foto itu sering di bawa ke mana saja ia pergi, sebagai ungkapan cinta dan kedekatan serta ikatan batin dari dua pribadi yang bersangkutan. Demikian juga patung Maria yang dibuat, mau menunjukan kedekatan kita dengan dia, dan mempermudah mengingat pribadinya sebagai ibu yang mengasihi dan siap menolong kita.
Di lain pihak, bagaimana pun pentingnya suatu devosi kepada Bunda Maria, tidaklah dapat menggantikan doa-doa resmi Gereja. Doa resmi Gereja harus diutamakan. Doa rosario tidak dapat menggantikan perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi adalah pusat kehidupan katolik, karena Kristus sendirilah yang dikurbankan dalam Ekaristi.Kadang-kadang kita melihat kenyataan yang terjadi, orang menempatkan Bunda Maria di atas segala-galanya.Orang berdevosi terlalu berlebih-lebihan, seolah-olah mengambil alih peran Allah.Di lain pihak, karena kurangnya pengetahuan orang sampai mengesampingkan peran Maria sebagai ibu Gereja.Ibadat atau devosi yang benar adalah menempatkan kembali Maria pada tempat yang sebenarnya, sebagai Bunda pengantara kita kepada Yesus.Devosi yang benar membawa kita kepada Allah melalui Maria dalam Yesus (Per Mariam at Jesum).Devosi yang benar harus mengandung nilai Teologal.
Kesimpulan
Bunda Maria dipilih dan dirahmati secara khusus oleh Allah, untuk melahirkan Petera-Nya.Rahmat yang diperoleh Maria semata-mata karena jasa Yesus Kristus.Maria mengambil bagian secara penuh dalam karya keselamatan Allah bagi manusia, karena melalui dialah, Juruselamat dilahirkan. Karenanya ia menjadi Bunda Allah sekaligus sebagai Bunda Gereja, sebagai ibu yang mempunyai rasa cinta yang besar terhadap Gereja. Kelembutan hati dan kedekatannya kepada Allah, membuat dia menjadi tempat bagi kita anak-anaknya untuk datang memohon bantuan melalui doa-doanya.
Ketaatannya yang sempurna kepada kehendak Allah menjadikan dia (Maria) sangat berkenan di hadapan Allah, sebagai ciptaan yang paling luhur dan sempurna.Imannya yang penuh penyerahan membuat dia sebagai tokoh terbesar dalam Gereja yang patut diteladani. Namun bagaimana pun tingginya derajat Maria, ia tidak dapat disamakan dengan Allah Tritunggal sebagai Pencipta. Ia berada jauh di bawah Allah, sebab dia hanyalah ciptaan Allah sama seperti kita, tetapi ia dilindungi secara khusus, sehingga ia hidup tanpa dosa. Ia tetap perawan.Oleh karena itu, Maria tidak dapat disembah, hanya dihormati sebagai insan Allah, yang mempunyai peranan penting dalam sejarah keselamatan umat manusia.Hanya Allah sajalah yang patut disembah.Karenanya, ibadat kepada Maria harus ditempatkan sebagaiman mestinya sesuai dengan ajaran Gereja.Ibadat atau cinta kepada Maria harus bersifat sekunder, sedangkan ibadat atau cinta kepada Allah harus bersifat primer
Maria Bunda YesusBunda Maria, karena peranannya begitu besar dalam sejarah keselamatan, maka ia juga menjadi bunda pengantara kita. Melalui dan dalam Maria kita memperoleh keselamatan dari Allah dalam diri Yesus Kristus Putera Allah, yang menjadi manusia dan dilahirkan dari Perawan Maria.Peranannya dalam sejarah keselamatan begitu penting, oleh karena keterpilihannya menjadi seorang Co-Redemtriks (Rekan Penebusan). Ia dirahmati secara khusus oleh Allah di dalam panggilannya menjadi Bunda Allah (bdk. Luk.. 1:28).
Allah memilih Bunda Maria untuk menjadi ibu Tuhan (Theotokos); karenanya, ia dipersiapkan secara khusus, sehingga sejak dari dalam kandungan ia tidak berbuat dosa. Ia tetap perawan (Dogma 1854). Oleh rahmat dan perlindungan Allah, ia terlindung dari segala noda dosa, ia hidup tanpa cela. Keterpilihannya menjadi Ibu Tuhan membuka kembali pintu surga yang telah ditutup karena dosa Hawa.Ia adalah Hawa baru, ibu dari semua yang hidup, sebagaimana Kristus adalah Adam baru. Kepasrahannya yang total kepada rencana dan kehendak Allah menjadikan dia sangat berkenan di hadapan Allah. Ia adalah makhluk yang paling sempurna dari semua ciptaan. Bunda Maria adalah model iman yang harus diteladani, iman penuh penyerahan, “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.” (Luk. 1:38) Maria adalah contoh dan teladan Geraja yang ulung (LG.53).
Magnificatnya (Luk. 1:46-55), mengungkapkan suatu pujian yang sangat indah kepada Allah, karena Allah menggenapi Firman-Nya, yang disampaikan-Nya melalui para nabi, tentang kedatangan Putera Allah yang menyelamatkan dunia. Keselamatan yang dinanti-nantikan itu, kini terlaksana dalam dan melalui Maria.Terlebih lagi Allah memilih orang yang kecil dan sederhana seperti dia (Maria) untuk menjadi ibu Tuhan.Jiwa Maria sungguh sederhana, tetapi justru dalam kesederhanaannya Allah memilih dia. Ia adalah ibu Tuhan yang berbahagia dan bersahaja. (bdk Luk.1:48)
Mengapa Orang Katolik Menghormati Maria?
Ada pemahaman yang keliru mengenai ibadat atau devosi yang dilakukan orang katolik terhadap Bunda Maria.Ada pihak-pihak tertentu yang menuduh orang katolik menyembah Bunda Maria.Tentu saja tuduhan seperti itu tidak benar, karena Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan tentang penyembahan kepada Maria. Orang Katolik sama sekali tidak menyembahMaria tetapi menghormatinya !!!Bagaimanapun tingginya derajat Maria, ia tetaplah ciptaan sama seperti kita, dan suatu ciptaan tidak dapat disembah. Tuhan sajalah yang patut kita sembah. (bdk. Mrk 4:10) Gereja Katolik hanya mengajarkan penghormatan kepada Maria yang merupakan contoh ciptaan Allah yang sempurna, yang patut diteladani kaum beriman, karena peranannya dalam sejarah keselamatan.Jika orang katolik melakukan penyembahan terhadap Maria, itu adalah suatu penyimpangan ajaran Gereja dan merupakan dosa.
Dasar penghormatan Gereja Katolik terhadap Bunda Maria sangat Alkitabiah. Hal itu dijumpai ketika Malaikat Gabriel yang diutus Allah, yang merupakan juru bicara Allah datang kepada Maria, dan menyampaikan kabar, bahwa ia (Maria) akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika Malaikat Gabriel bertemu dengan Maria, ia menyapa Maria dengan suatu sapaan yang begitu hormat: “Salam hai Engkau yang dikaruniai.”(Luk. 1:28) Sapaan ini adalah suatu tanda penghormatan yang istimewa dari Allah terhadap Bunda Maria.Meskipun perkataan itu keluar dari mulut Malaikat Gabriel, tetapi sesungguhnya sapaan ini adalah sapaan Allah sendiri, yang diucapkan-Nya melalui utusan-Nya.Sapaan tersebut menunjukan bahwa Allah begitu menghormati ciptaan-Nya ini.
Kalau dibandingkan dengan tokoh-tokoh Perjanjian Lama atau tokoh-tokoh lain dalam Kitab Suci, tampak adanya perbedaan antara sapaan Allah kepada Maria dan kepada mereka. Misalnya, ketika Malaikat Tuhan berbicara kepada Musa dari dalam semak api yang menyala (Kel. 3:4-5), ketika Allah berbicara kepada Musa diatas Gunung Sinai (Kel. 24:12-18), Malaikat Allah menampakan diri kepada Manoah tentang kelahiran Simson (Hak. 13:1-25), dan sebagainya. Dalam perjanjian Baru, kita jumpai Malaikat Allah berbicara kepada Zakaria di Bait Allah tentang kelahiran Yohanes Pembaptis (Luk. 1:5-24), bahkan Zakaria ketakutan ketika mendengar sapaan malaikat kepadanya. Dari sini tampaklah perbedaan antara sapaan Allah kepada tokoh-tokoh dalam Kitab suci dan kepada Maria, yaitu Allah berbicara dengan penuh hormat kepada Maria, lebih daripada yang lain.
Maria n ElisabetDemikian juga sapaan Elisabet terhadap Maria, ketika Maria mengunjungi Elisabet
saudaranya di pegunungan Yudea (Luk. 1:39–45). Elisabet menyapa Maria: “Diberkati engkau di antara semua perempuan dan diberkati buah rahimmu.” Sebelum Elisabet mengucapkan perkataan itu, ia dipenuhi dengan Roh Kudus. Ini berarti kata-kata itu keluar dari Allah sendiri, yang menggunakan mulut Elisabet untuk mengucapkannya.Jadi bukanlah Elisabet yang menyapa Maria melainkan Roh Kudus, Allah sendiri.
Jadi jelaslah bagi kita, bahwa Allah sangat menghormati Maria melalui sapaan-sapaan-Nya yang begitu istimewa. Ia disapa melebihi ciptaan lain bahkan nabi besar Perjanjian Lama sekalipun, yaitu Nabi Musa. Kalau Allah Sang Pencipta melalui sapaannya, begitu menghormati dan menjunjung tinggi Maria melebihi ciptaan lain, mengapa kita sebagai ciptaan-Nya yang berdosa tidak menghormati Maria? Apa yang terjadi jika kita menolak atau tidak menghormati Maria? Kalau kita menghina Maria, berarti kita menghina Allah, yang begitu menghormati dia. Karenanya, penghormatan kepada Maria bukanlah suatu penyimpangan ajaran Kristiani, asalkan penghormatan itu tidak melampaui batas-batas yang harus kita berikan kepada Allah Tritunggal sebagai Pencipta. Karena bagaimana pun tingginya derajat Maria, ia tetaplah ciptaan yang berada jauh di bawah Allah.
Maria Ciptaan Sempurna
Di antara semua ciptaan Allah, Maria adalah ciptaan yang paling sempuna. Ia dilindungi secara khusus oleh Allah, sehingga ia tanpa noda sedikit pun sejak dari dalam kandungan. Ia tetap Perawan (Dogma 1854). Kesucian Maria jauh melebihi para rasul dan para kudus dalam Gereja dan ciptaan lain. Tentang kesucian dan kesempunaan Maria konsili Vatikan II mengatakan : “Berkat rahmat Allah, Maria sesudah Putera lebih dimuliakan dari semua malaikat dan manusia sebagai Bunda Allah yang mahasuci” (LG. 66). Walaupun Kitab Suci tidak menemukan teks bahwa Maria pergi mewartakan Injil, namun ia lebih suci dari Rasul Petrus atau Rasul Agung Santo Paulus. Namun, perlu diingat bagaimana pun sucinya Maria, ia tidak dapat dibandingkan dengan Yesus sebagai Tuhan. Justru kesucian dan kesempunaan Maria diperolehnya melalui Yesus.Akan tetapi tanpa kesucian atau lebih tepat, tanpa Allah mempersiapkan Maria secara khusus, bagaimana mungkin Yesus Putera Allah dapat lahir dari seorang pendosa? Maria dirahmati secara khusus oleh Allah, sehingga ia layak menjadi Ibu Tuhah.
Maria adalah orang yang sederhana, seorang gadis desa dari Nazareth.Ia seorang yang bersahaja sebagaimana gadis Nazareth pada umumnya. Orang tidak pernah mengetahui, bahwa ia dipilih Allah untuk mengandung dan melahirkan Putera Allah. Orang hanya mengetahui, bahwa ia adalah seorang yang saleh. Hidupnya sangat tersembunyi. Namun dalam kesederhanaannya, ia hidup tanpa noda dosa, sejak dari dalam kandungan ibunya. Ia sungguh hidup sempurna, karena Allah sendiri yang menjaga dia. Kesempurnaan Maria juga terletak dalam penyerahannya yang total terhadap kehendak Allah. “Terjadilah padaku menurut perkataanmu,” merupakan suatu jawaban yang menunjukan kesempurnaan Maria dalam menerima dan mau melakukan kehendak Allah. Ketaatannya yang sempurna terhadap kehendak Allah membuat dia sebagai Master piece dari semua ciptaan Allah. Ketaatannya dalam iman membuat ia sempurna dalam menanggapi panggilannya sebagai ibu Tuhan.
Maria senantiasa memjawab “Ya” terhadap kehendak Allah dan berani mengambil risiko, walaupun ia sendiri tidak mengerti apa yang dikehendaki Allah. Kita bisa membayangkan bagaimana perasaan Maria ketika Malaikat Gabriel datang dan memberi kabar bahwa ia mengandung dari Roh Kudus, sementara ia tidak bersuami. Bukankah oleh masyarakat Yahudi, ia dianggap pendosa besar dan harus dirajam dengan batu? Akan tetapi, dengan penuh iman ia hanya menyerah kepada kehendak Allah. Banyak peristiwa dalam Kitab Suci yang melukiskan penderitaan yang ditanggung Maria akibat keterpilihannya sebagai ibu Tuhan. Misalnya: peristiwa kelahiran Yesus dan pengejaran Raja Herodes hingga mengungsi ke Mesir, kesedihan Maria ketika Yesus pada umur 12 tahun tidak ada bersama mereka dalam perjalanan pulang ke Nazareth dari Yerusalem, karena ternyata Yesus masih berada di Bait Allah Yerusalem. Ketika bertemu Puteranya dalam penderitaan memanggul salib menuju Kalvari, hati Maria tertusuk ketika melihat anak satu-satunya yang sangat dikasihinya bergantung tak berdaya di Kayu Salib; inilah perderitaan Maria yang terbesar. Maka genaplah apa yang dikatakan Simeon kepadanya tetang anak yang dilahirkannya, bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya sendiri. (bdk. Luk. 2:35) Di sinilah keagungan dan kesempurnaan Maria yaitu mengutamakan kehendak Allah, walupun harus menempuh jalan penderitaan.
Bunda Allah dan Bunda Gereja
Maria DiangkatkesurgaKeterpilihan Maria oleh Allah, untuk melahirkan Yesus sebagai Anak Allah menjadikan Maria sebagai Bunda Allah,Theotokos atau Maria Mater Dei, (Konsili Efesus 431). Gelar Maria sebagai Bunda Allah atau Theotokos didasarkan pada pribadi Yesus sebagai Anak Allah.Yesus lahir dari Maria bukan hanya sebagai manusia saja, tetapi sekaligus Allah.Yesus lahir seratus persen manusia dan seratus persen Allah.Pribadi Yesus sebagai Allah dan Manusia, yang lahir dari Maria tidak dapat di pisahkan.Sebagai manusia Yesus berumur 33 Tahun, sejak kelahirannya dari Maria sampai wafat-Nya di kayu salib. Namun, sebagai Allah, Yesus adalah Sang Sabda yang berasal dari Allah yang sudah ada sebelum ciptaan jagat raya, sampai kekal. Pristiwa inkarnasi merupakan peristiwa penjelmaan Sang Sabda menjadi manusia dalam pribadi yang bernama Yesus yang dilahirkan oleh Maria.Yesus sendiri mengakui, dalam Luk. 8:19-21, ketika Ia sedang mengajar dan orang mengatakan kepada-Nya, bahwa ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya ingin bertemu dengan Dia. Ia menjawab, Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengar firman Allah dan melakukannya. Orang menafsirkan ayat ini, bahwa Yesus meremehkan Maria.Namun, justru sebaliknya, secara tidak langsung Yesus mau mengatakan bahwa Maria adalah ibu-Nya, karena Maria telah mendengarkan firman Allah dan melakukannya secara sempurna. Jadi tidaklah salah Gereja memberi gelar kepada Maria sebagai Bunda Allah, karena ia telah melahirkan Yesus yang adalah Allah dan manusia.
Sejak Maria diakui sebagai Bunda Allah, maka penghormatan dan devosi kepadanya sangat berkembang.Ia sangat dihormati sebagai teladan dan ibu umat beriman. Maria adalah Bunda Gereja (Mater Ecclesia ). Peristiwa di bawah kaki salib Putera-Nya (Yoh 19:25-27), melambangkan persatuan Maria dengan Kristus, sebagai kepala Gereja.Pada saat itulah Kristus menyerahkan Maria kepada Gereja. ”…Ibu inilah anakmu, lalu Ia berkata kepada murid-muridnya, inilah ibumu.” Maka sejak saat itulah Maria menjadi milik Gereja sebagai ibu, dan Kristus mempercayakan umatnya kedalam tangan Bunda-Nya. Karena itu kita sebagai orang kristen dan murid Kristus harus menerima Maria sebagai ibu, karena ia telah diserahkan Kristus kepada kita.
Sejak penyerahan Maria kepada Gereja oleh Kristus di bawah salib-Nya, Maria mempersatukan dirinya dengan Kristus sebagai Kepala Gereja.Ia menjadi orang yang paling dekat dengan Kristus.Ia menjadi Pengantin Kristus (Sponsa Kristi), mempelai Gereja. Karena peranannya sebagai mempelai Ilahi, ia berada di antara Kristus dan Gereja. Ia bersatu dengan Kristus sekaligus bersatu dengan Gereja. Karena kedekatannya dengan Kristus dan Gereja, maka banyak devosi dan doa yang dipanjatkan kepada Allah melalui Bunda Maria terkabul, karena ia sangat berkenan di hadapan Allah.
Karena peranannya sebagai ibu Gereja (Mater Ecclesia) dan karena kedekatannya dengan Allah, Maria sering dijadikan Allah sebagai jurubicara-Nya, untuk tugas-tugas tertentu dalam Gereja, melalui penampakannya kepada Gereja. Kalau Bunda Maria menampakan diri, berarti Allah sendiri yang berbicara kepada manusia melalui Bunda Maria, karena ia begitu dekat dengan Gereja. Tentu saja kalau penampakan itu otentik, seperti Lourdes, Fatima, Medugorje, dan lain-lain, yang telah diakui oleh Gereja.Penampakan yang otentik selalu membawa buah-buah yang positif bagi Gereja dan tidak dapat dihalangi oleh manusia. Buah-buah itu antara lain berupa pertobatan, kesembuhan, sukacita, dan kegembiraan bagi umat Allah.
Devosi Kepada Bunda Maria
penampakan FatimaSejak Maria diangkat dan diberi gelar oleh Gereja sebagai Bunda Allah, maka devosi kepadanya sangat berkembang. Banyak umat Allah yang memohon doa kepada Bunda Maria. Seperti doa Rosario, Novena tiga kali Salam Maria dan Ibadat hari Sabtu dalam Gereja dipersembahkan secara khusus untuk menghormati Bunda Maria serta ibadat-ibadat lain untuk mengenang jasa Maria bagi Gereja. Karena Bunda Maria telah diberikan Allah kepada Gereja dan diberi tempat yang istimewa, maka tugas Maria dalam Gereja adalah mendoakan dan melindungi Gereja yang masih dalam perziarahan menuju Bapa.
Paus Paulus VI, menulis suatu edaran, “Marialis cultus” (Kebaktian kepada Maria), ia menulis: “Berdasarkan pengalaman Gereja Katolik dapat mengatakan, bahwa kebaktian yang kuat kepada Maria membantu manusia untuk menempuh jalan menuju kepada kesempurnaan hidup......Manusia dewasa ini sering diombang-ambing rasa cemas dan harapan; ia dapat menjadi putus asa jika ingat akan keterbatasannya, tetapi ia juga didorong oleh hasrat tak terhingga; jiwanya gelisah, hatinya tidak tenteram, rohnya dihantui oleh rahasia maut; ia menderita, karena merasa sepi dan sendirian, padahal ia begitu rindu untuk berkawan dan bersekutu; ia merasa lesu dan jemu akan hidup. …. Apabila ia memandang Maria sebagaimana Maria hidup didunia ini dan sebagaimana ia sekarang menikmati kesempurnaan di kota Allah, matanya akan menjadi jernih dan ia akan mendengar kata-kata yang memberi semangat kepadanya: Harapan lebih kuat dari kecemasan, persekutuan mengatasi rasa kesepian, damai menang atas kegelisahan, keindahan dan kegembiraan mengalahkan rasa lesu dan jemu akan hidup, keabadian lebih kuat daripada waktu, hidup lebih kuat daripada maut.” Maria adalah penerangan dalam kegelapan hati kita.Kelembutan dan keibuannya selalu terpancar untuk anak-anaknya yang dalam kesusahan hidup di dunia dewasa ini.Pandangannya yang penuh kasih dan mesra memberikan semangat baru dalam hati anak-anaknya.
Jika Gereja Katolik berdevosi kepada Maria, tidak berarti Maria menjadi perantara kepada Bapa atau mengambil alih peran Yesus.Yesus tetap menjadi perantara satu-satunya kepada Bapa. Gereja Katolik berdevosi kepada Maria, karena ia adalah ciptaan Allah yang sempurna dan sangat dekat dengan Allah dan kepada kita anak-anaknya. Ia adalah rekan perantara (Co-Mediatriks) Allah kepada manusia, dalam Yesus Kristus.Kita memperoleh berkat dari Allah melalui Maria dalam Yesus Kristus.Ia hidup dan menjadi Bunda Gereja.Ia adalah penolong kita (Avokata Nostra) dalam bahaya.Tidaklah salah Gereja Katolik bedevosi kepada Bunda Maria. Banyak kita mendengar kesaksian, bagaimana doa yang dipanjatkan dengan perantaraan Bunda Maria terkabul. Ini berarti doa Bunda Maria sangat berkenan kepada Allah.
Kalau orang katolik membuat patung Bunda Maria dan menyimpannya serta berdoa di depan patung tersebut, tidak berarti mereka menyembah berhala. Tujuan doa itu bukanlah kepada patung tersebut. Patung dibuat, supaya lebih mudah mengingat akan tokoh atau pribadi yang dilukiskan itu. Patung yang dibuat itu dapat dibandingkan dengan selembar foto sorang anak, yang sangat dikasihi ibunya, dan foto itu sering di bawa ke mana saja ia pergi, sebagai ungkapan cinta dan kedekatan serta ikatan batin dari dua pribadi yang bersangkutan. Demikian juga patung Maria yang dibuat, mau menunjukan kedekatan kita dengan dia, dan mempermudah mengingat pribadinya sebagai ibu yang mengasihi dan siap menolong kita.
Di lain pihak, bagaimana pun pentingnya suatu devosi kepada Bunda Maria, tidaklah dapat menggantikan doa-doa resmi Gereja. Doa resmi Gereja harus diutamakan. Doa rosario tidak dapat menggantikan perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi adalah pusat kehidupan katolik, karena Kristus sendirilah yang dikurbankan dalam Ekaristi.Kadang-kadang kita melihat kenyataan yang terjadi, orang menempatkan Bunda Maria di atas segala-galanya.Orang berdevosi terlalu berlebih-lebihan, seolah-olah mengambil alih peran Allah.Di lain pihak, karena kurangnya pengetahuan orang sampai mengesampingkan peran Maria sebagai ibu Gereja.Ibadat atau devosi yang benar adalah menempatkan kembali Maria pada tempat yang sebenarnya, sebagai Bunda pengantara kita kepada Yesus.Devosi yang benar membawa kita kepada Allah melalui Maria dalam Yesus (Per Mariam at Jesum).Devosi yang benar harus mengandung nilai Teologal.
Kesimpulan
Bunda Maria dipilih dan dirahmati secara khusus oleh Allah, untuk melahirkan Petera-Nya.Rahmat yang diperoleh Maria semata-mata karena jasa Yesus Kristus.Maria mengambil bagian secara penuh dalam karya keselamatan Allah bagi manusia, karena melalui dialah, Juruselamat dilahirkan. Karenanya ia menjadi Bunda Allah sekaligus sebagai Bunda Gereja, sebagai ibu yang mempunyai rasa cinta yang besar terhadap Gereja. Kelembutan hati dan kedekatannya kepada Allah, membuat dia menjadi tempat bagi kita anak-anaknya untuk datang memohon bantuan melalui doa-doanya.
Ketaatannya yang sempurna kepada kehendak Allah menjadikan dia (Maria) sangat berkenan di hadapan Allah, sebagai ciptaan yang paling luhur dan sempurna.Imannya yang penuh penyerahan membuat dia sebagai tokoh terbesar dalam Gereja yang patut diteladani. Namun bagaimana pun tingginya derajat Maria, ia tidak dapat disamakan dengan Allah Tritunggal sebagai Pencipta. Ia berada jauh di bawah Allah, sebab dia hanyalah ciptaan Allah sama seperti kita, tetapi ia dilindungi secara khusus, sehingga ia hidup tanpa dosa. Ia tetap perawan.Oleh karena itu, Maria tidak dapat disembah, hanya dihormati sebagai insan Allah, yang mempunyai peranan penting dalam sejarah keselamatan umat manusia.Hanya Allah sajalah yang patut disembah.Karenanya, ibadat kepada Maria harus ditempatkan sebagaiman mestinya sesuai dengan ajaran Gereja.Ibadat atau cinta kepada Maria harus bersifat sekunder, sedangkan ibadat atau cinta kepada Allah harus bersifat primer
Bahasa Indonesia
By : UnknownBAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu.Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu.Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.
SEJARAH BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.
Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, di mana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu berkembang secara luas dan menjadi beragam.
Istilah Melayu atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan Hindu-Budha pada abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, Jambi di pulau Sumatera, jadi secara geografis semula hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut yang merupakan sebagian dari wilayah pulau Sumatera. Dalam perkembangannya pemakaian istilah Melayu mencakup wilayah geografis yang lebih luas dari wilayah Kerajaan Malayu tersebut, mencakup negeri-negeri di pulau Sumatera sehingga pulau tersebut disebut juga Bumi Melayu seperti disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama.
Ibukota Kerajaan Melayu semakin mundur ke pedalaman karena serangan Sriwijaya dan masyarakatnya diaspora keluar Bumi Melayu, belakangan masyarakat pendukungnya yang mundur ke pedalaman berasimilasi ke dalam masyarakat Minangkabau menjadi klan Malayu (suku Melayu Minangkabau) yang merupakan salah satu marga di Sumatera Barat. Sriwijaya berpengaruh luas hingga ke Filipina membawa penyebaran Bahasa Melayu semakin meluas, tampak dalam prasasti Keping Tembaga Laguna.
Bahasa Melayu kuno yang berkembang di Bumi Melayu tersebut berlogat "o" seperti Melayu Jambi, Minangkabau, Kerinci, Palembang dan Bengkulu. Semenanjung Malaka dalam Nagarakretagama disebut Hujung Medini artinya Semenanjung Medini.
Dalam perkembangannya orang Melayu migrasi ke Semenanjung Malaysia (= Hujung Medini) dan lebih banyak lagi pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan Islam yang pusat mandalanya adalah Kesultanan Malaka, istilah Melayu bergeser kepada Semenanjung Malaka (= Semenanjung Malaysia) yang akhirnya disebut Semenanjung Melayu atau Tanah Melayu. Tetapi nyatalah bahwa istilah Melayu itui berasal dari Indonesia. Bahasa Melayu yang berkembang di sekitar daerah Semenanjung Malaka berlogat "e".
Kesultanan Malaka dimusnahkan oleh Portugis tahun 1512 sehingga penduduknya diaspora sampai ke kawasan timur kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu Purba sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga pemakai bahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau Kalimantan. Suku Dayak yang diduga memiliki hubungan dengan suku Melayu kuno di Sumatera misalnya Dayak Salako, Dayak Kanayatn (Kendayan), dan Dayak Iban yang semuanya berlogat "a" seperti bahasa Melayu Baku.
Penduduk asli Sumatera sebelumnya kedatangan pemakai bahasa Melayu tersebut adalah nenek moyang suku Nias dan suku Mentawai. Dalam perkembangannya istilah Melayu kemudian mengalami perluasan makna, sehingga muncul istilah Kepulauan Melayu untuk menamakan kepulauan Nusantara.
Secara sudut pandang historis juga dipakai sebagai nama bangsa yang menjadi nenek moyang penduduk kepulauan Nusantara, yang dikenal sebagai rumpun Indo-Melayu terdiri Proto Melayu (Melayu Tua/Melayu Polinesia) dan Deutero Melayu (Melayu Muda). Setelah mengalami kurun masa yang panjang sampai dengan kedatangan dan perkembangannya agama Islam, suku Melayu sebagai etnik mengalami penyempitan makna menjadi sebuah etnoreligius (Muslim) yang sebenarnya di dalamnya juga telah mengalami amalgamasi dari beberapa unsur etnis.
M. Muhar Omtatok, seorang Seniman, Budayawan dan Sejarahwan menjelaskan sebagai berikut: "Melayu secara puak (etnis, suku), bukan dilihat dari faktor genekologi seperti kebanyakan puak-puak lain. Di Malaysia, tetap mengaku berpuak Melayu walau moyang mereka berpuak Jawa, Mandailing, Bugis, Keling dan lainnya. Beberapa tempat di Sumatera Utara, ada beberapa Komunitas keturunan Batak yang mengaku Orang Kampong - Puak Melayu
Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 Masehi diketahui memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuna) sebagai bahasa kenegaraan. Lima prasasti kuna yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu menggunakan bahasa Melayu yang bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta, suatu bahasa Indo-Eropa dari cabang Indo-Iran. Jangkauan penggunaan bahasa ini diketahui cukup luas, karena ditemukan pula dokumen-dokumen dari abad berikutnya di Pulau Jawa dan Pulau Luzon. Kata-kata seperti samudra, istri, raja, putra, kepala, kawin, dan kaca masuk pada periode hingga abad ke-15 Masehi.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bahasa Melayu Klasik (classical Malay atau medieval Malay). Bentuk ini dipakai oleh Kesultanan Melaka, yang perkembangannya kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.[butuh rujukan] Laporan Portugis, misalnya oleh Tome Pires, menyebutkan adanya bahasa yang dipahami oleh semua pedagang di wilayah Sumatera dan Jawa. Magellan dilaporkan memiliki budak dari Nusantara yang menjadi juru bahasa di wilayah itu. Ciri paling menonjol dalam ragam sejarah ini adalah mulai masuknya kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dan bahasa Parsi, sebagai akibat dari penyebaran agama Islam yang mulai masuk sejak abad ke-12. Kata-kata bahasa Arab seperti masjid, kalbu, kitab, kursi, selamat, dan kertas, serta kata-kata Parsi seperti anggur, cambuk, dewan, saudagar, tamasya, dan tembakau masuk pada periode ini. Proses penyerapan dari bahasa Arab terus berlangsung hingga sekarang.
Kedatangan pedagang Portugis, diikuti oleh Belanda, Spanyol, dan Inggris meningkatkan informasi dan mengubah kebiasaan masyarakat pengguna bahasa Melayu. Bahasa Portugis banyak memperkaya kata-kata untuk kebiasaan Eropa dalam kehidupan sehari-hari, seperti gereja, sepatu, sabun, meja, bola, bolu, dan jendela. Bahasa Belanda terutama banyak memberi pengayaan di bidang administrasi, kegiatan resmi (misalnya dalam upacara dan kemiliteran), dan teknologi hingga awal abad ke-20. Kata-kata seperti asbak, polisi, kulkas, knalpot, dan stempel adalah pinjaman dari bahasa ini.
Bahasa yang dipakai pendatang dari Cina juga lambat laun dipakai oleh penutur bahasa Melayu, akibat kontak di antara mereka yang mulai intensif di bawah penjajahan Belanda. Sudah dapat diduga, kata-kata Tionghoa yang masuk biasanya berkaitan dengan perniagaan dan keperluan sehari-hari, seperti pisau, tauge, tahu, loteng, teko, tauke, dan cukong.
Jan Huyghen van Linschoten pada abad ke-17 dan Alfred Russel Wallace pada abad ke-19 menyatakan bahwa bahasa orang Melayu/Melaka dianggap sebagai bahasa yang paling penting di "dunia timur". Luasnya penggunaan bahasa Melayu ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal. Bahasa perdagangan menggunakan bahasa Melayu di berbagai pelabuhan Nusantara bercampur dengan bahasa Portugis, bahasa Tionghoa, maupun bahasa setempat. Terjadi proses pidginisasi di beberapa kota pelabuhan di kawasan timur Nusantara, misalnya di Manado, Ambon, dan Kupang. Orang-orang Tionghoa di Semarang dan Surabaya juga menggunakan varian bahasa Melayu pidgin. Terdapat pula bahasa Melayu Tionghoa di Batavia. Varian yang terakhir ini malah dipakai sebagai bahasa pengantar bagi beberapa surat kabar pertama berbahasa Melayu (sejak akhir abad ke-19).Varian-varian lokal ini secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti bahasa.
Terobosan penting terjadi ketika pada pertengahan abad ke-19 Raja Ali Haji dari istana Riau-Johor (pecahan Kesultanan Melaka) menulis kamus ekabahasa untuk bahasa Melayu. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa bahasa ini adalah bahasa yang full-fledged, sama tinggi dengan bahasa-bahasa internasional pada masa itu, karena memiliki kaidah dan dokumentasi kata yang terdefinisi dengan jelas.
Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Pasar yang kolokial dan tidak baku serta bahasa Melayu Tinggi yang terbatas pemakaiannya tetapi memiliki standar. Bahasa ini dapat dikatakan sebagai lingua franca, tetapi kebanyakan berstatus sebagai bahasa kedua atau ketiga. Kata-kata pinjaman
Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu.Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu.Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.
SEJARAH BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.
Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, di mana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu berkembang secara luas dan menjadi beragam.
Istilah Melayu atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan Hindu-Budha pada abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, Jambi di pulau Sumatera, jadi secara geografis semula hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut yang merupakan sebagian dari wilayah pulau Sumatera. Dalam perkembangannya pemakaian istilah Melayu mencakup wilayah geografis yang lebih luas dari wilayah Kerajaan Malayu tersebut, mencakup negeri-negeri di pulau Sumatera sehingga pulau tersebut disebut juga Bumi Melayu seperti disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama.
Ibukota Kerajaan Melayu semakin mundur ke pedalaman karena serangan Sriwijaya dan masyarakatnya diaspora keluar Bumi Melayu, belakangan masyarakat pendukungnya yang mundur ke pedalaman berasimilasi ke dalam masyarakat Minangkabau menjadi klan Malayu (suku Melayu Minangkabau) yang merupakan salah satu marga di Sumatera Barat. Sriwijaya berpengaruh luas hingga ke Filipina membawa penyebaran Bahasa Melayu semakin meluas, tampak dalam prasasti Keping Tembaga Laguna.
Bahasa Melayu kuno yang berkembang di Bumi Melayu tersebut berlogat "o" seperti Melayu Jambi, Minangkabau, Kerinci, Palembang dan Bengkulu. Semenanjung Malaka dalam Nagarakretagama disebut Hujung Medini artinya Semenanjung Medini.
Dalam perkembangannya orang Melayu migrasi ke Semenanjung Malaysia (= Hujung Medini) dan lebih banyak lagi pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan Islam yang pusat mandalanya adalah Kesultanan Malaka, istilah Melayu bergeser kepada Semenanjung Malaka (= Semenanjung Malaysia) yang akhirnya disebut Semenanjung Melayu atau Tanah Melayu. Tetapi nyatalah bahwa istilah Melayu itui berasal dari Indonesia. Bahasa Melayu yang berkembang di sekitar daerah Semenanjung Malaka berlogat "e".
Kesultanan Malaka dimusnahkan oleh Portugis tahun 1512 sehingga penduduknya diaspora sampai ke kawasan timur kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu Purba sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga pemakai bahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau Kalimantan. Suku Dayak yang diduga memiliki hubungan dengan suku Melayu kuno di Sumatera misalnya Dayak Salako, Dayak Kanayatn (Kendayan), dan Dayak Iban yang semuanya berlogat "a" seperti bahasa Melayu Baku.
Penduduk asli Sumatera sebelumnya kedatangan pemakai bahasa Melayu tersebut adalah nenek moyang suku Nias dan suku Mentawai. Dalam perkembangannya istilah Melayu kemudian mengalami perluasan makna, sehingga muncul istilah Kepulauan Melayu untuk menamakan kepulauan Nusantara.
Secara sudut pandang historis juga dipakai sebagai nama bangsa yang menjadi nenek moyang penduduk kepulauan Nusantara, yang dikenal sebagai rumpun Indo-Melayu terdiri Proto Melayu (Melayu Tua/Melayu Polinesia) dan Deutero Melayu (Melayu Muda). Setelah mengalami kurun masa yang panjang sampai dengan kedatangan dan perkembangannya agama Islam, suku Melayu sebagai etnik mengalami penyempitan makna menjadi sebuah etnoreligius (Muslim) yang sebenarnya di dalamnya juga telah mengalami amalgamasi dari beberapa unsur etnis.
M. Muhar Omtatok, seorang Seniman, Budayawan dan Sejarahwan menjelaskan sebagai berikut: "Melayu secara puak (etnis, suku), bukan dilihat dari faktor genekologi seperti kebanyakan puak-puak lain. Di Malaysia, tetap mengaku berpuak Melayu walau moyang mereka berpuak Jawa, Mandailing, Bugis, Keling dan lainnya. Beberapa tempat di Sumatera Utara, ada beberapa Komunitas keturunan Batak yang mengaku Orang Kampong - Puak Melayu
Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 Masehi diketahui memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuna) sebagai bahasa kenegaraan. Lima prasasti kuna yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu menggunakan bahasa Melayu yang bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta, suatu bahasa Indo-Eropa dari cabang Indo-Iran. Jangkauan penggunaan bahasa ini diketahui cukup luas, karena ditemukan pula dokumen-dokumen dari abad berikutnya di Pulau Jawa dan Pulau Luzon. Kata-kata seperti samudra, istri, raja, putra, kepala, kawin, dan kaca masuk pada periode hingga abad ke-15 Masehi.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bahasa Melayu Klasik (classical Malay atau medieval Malay). Bentuk ini dipakai oleh Kesultanan Melaka, yang perkembangannya kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya.[butuh rujukan] Laporan Portugis, misalnya oleh Tome Pires, menyebutkan adanya bahasa yang dipahami oleh semua pedagang di wilayah Sumatera dan Jawa. Magellan dilaporkan memiliki budak dari Nusantara yang menjadi juru bahasa di wilayah itu. Ciri paling menonjol dalam ragam sejarah ini adalah mulai masuknya kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dan bahasa Parsi, sebagai akibat dari penyebaran agama Islam yang mulai masuk sejak abad ke-12. Kata-kata bahasa Arab seperti masjid, kalbu, kitab, kursi, selamat, dan kertas, serta kata-kata Parsi seperti anggur, cambuk, dewan, saudagar, tamasya, dan tembakau masuk pada periode ini. Proses penyerapan dari bahasa Arab terus berlangsung hingga sekarang.
Kedatangan pedagang Portugis, diikuti oleh Belanda, Spanyol, dan Inggris meningkatkan informasi dan mengubah kebiasaan masyarakat pengguna bahasa Melayu. Bahasa Portugis banyak memperkaya kata-kata untuk kebiasaan Eropa dalam kehidupan sehari-hari, seperti gereja, sepatu, sabun, meja, bola, bolu, dan jendela. Bahasa Belanda terutama banyak memberi pengayaan di bidang administrasi, kegiatan resmi (misalnya dalam upacara dan kemiliteran), dan teknologi hingga awal abad ke-20. Kata-kata seperti asbak, polisi, kulkas, knalpot, dan stempel adalah pinjaman dari bahasa ini.
Bahasa yang dipakai pendatang dari Cina juga lambat laun dipakai oleh penutur bahasa Melayu, akibat kontak di antara mereka yang mulai intensif di bawah penjajahan Belanda. Sudah dapat diduga, kata-kata Tionghoa yang masuk biasanya berkaitan dengan perniagaan dan keperluan sehari-hari, seperti pisau, tauge, tahu, loteng, teko, tauke, dan cukong.
Jan Huyghen van Linschoten pada abad ke-17 dan Alfred Russel Wallace pada abad ke-19 menyatakan bahwa bahasa orang Melayu/Melaka dianggap sebagai bahasa yang paling penting di "dunia timur". Luasnya penggunaan bahasa Melayu ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal. Bahasa perdagangan menggunakan bahasa Melayu di berbagai pelabuhan Nusantara bercampur dengan bahasa Portugis, bahasa Tionghoa, maupun bahasa setempat. Terjadi proses pidginisasi di beberapa kota pelabuhan di kawasan timur Nusantara, misalnya di Manado, Ambon, dan Kupang. Orang-orang Tionghoa di Semarang dan Surabaya juga menggunakan varian bahasa Melayu pidgin. Terdapat pula bahasa Melayu Tionghoa di Batavia. Varian yang terakhir ini malah dipakai sebagai bahasa pengantar bagi beberapa surat kabar pertama berbahasa Melayu (sejak akhir abad ke-19).Varian-varian lokal ini secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti bahasa.
Terobosan penting terjadi ketika pada pertengahan abad ke-19 Raja Ali Haji dari istana Riau-Johor (pecahan Kesultanan Melaka) menulis kamus ekabahasa untuk bahasa Melayu. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa bahasa ini adalah bahasa yang full-fledged, sama tinggi dengan bahasa-bahasa internasional pada masa itu, karena memiliki kaidah dan dokumentasi kata yang terdefinisi dengan jelas.
Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Pasar yang kolokial dan tidak baku serta bahasa Melayu Tinggi yang terbatas pemakaiannya tetapi memiliki standar. Bahasa ini dapat dikatakan sebagai lingua franca, tetapi kebanyakan berstatus sebagai bahasa kedua atau ketiga. Kata-kata pinjaman